Siapa yang tidak tau telur, tentu semua orang tau telur. Kebanyakan orang
menyatakan bahwa memecah telur di bagian sisinya jauh lebih mudah
ketimbang di ujungnya. Orang awam sejak lama telah mengetahui hal ini.
Namun, mengapa bisa demikian? Para ilmuwan baru saja mengungkap
alasannya.
Penelitian terbaru ini membantu para pakar rekayasa
biologi untuk lebih memahami struktur biologis sel-sel berbentuk lonjong
seperti telur ayam. Respons sel-sel berbentuk lonjong terhadap
pengobatan juga dipelajari.
Dua tim peneliti yang berbeda,
bekerja secara independen, mengembangkan cara untuk mengetahui seberapa
kuat sel berbentuk lonjong seperti telur serta terbuat dari apa sel
tersebut. Penelitian mereka akan diterbitkan dalam jurnal Physical Review Letters edisi mendatang.
Objek
berbentuk lonjong atau oval--kerap disebut ovoid--banyak dijumpai di
alam. Telur ayam, organel sel, dan kulit luar dari sejumlah virus
memiliki bentuk lonjong. Bagian terkuat dari objek lonjong adalah pada
ujungnya. Semakin kecil sudutnya, semakin kuat dan kaku bagian ujung
tersebut.
"Di masa lalu, para peneliti yang mempelajari struktur
ovoid harus membandingkan dengan bentuk lain melalui persamaan
tertentu," kata Dominic Vella, seorang matematikawan di University of
Oxford, Inggris, yang terlibat dalam penelitian, Rabu, 5 September 2012.
Arnaud
Lazarus, seorang insinyur dari Massachusetts Institute of Technology
(MIT) yang tergabung dalam tim kedua, mengatakan penelitian yang
mengungkapkan misteri di balik bentuk lonjong harus dilakukan tanpa
membongkar suatu objek.
"Formulanya adalah ketika kita memberikan
tekanan pada cangkang luar sel, dan sel itu berubah bentuk, maka
ketebalannya dapat diperkirakan," katanya.
Sebaliknya, kata
Lazarus, tekanan internal sel dapat diketahui lewat data ketebalan dan
sifat material cangkang luarnya. Hal ini penting ketika mengembangkan
pengobatan baru. Sebab, jika tekanan internal sel cukup besar, mungkin
sulit bagi obat baru untuk meresap ke dalam sel. "Sel bisa lebih rentan
dan dapat meledak," ujarnya.
Pedro Reis, seorang insinyur mekanik
di MIT yang bekerja dengan Lazarus, menyatakan penelitian ini dapat
diperluas ke berbagai aplikasi selain biomekanik. "Rumus kami dapat
untuk menghitung adanya retakan mikro dalam sebuah sel secara akurat,"
ujarnya.
Kedua tim penelitian juga mengambil pendekatan grafis
untuk menguji teori mereka. Tim Lazarus menggunakan printer 3 dimensi
dan membuat cetakan berbahan gips silikon dari empat bentuk telur yang
berbeda kelonjongannya. Mereka lalu menekan ujung cetakan dan mengukur
kekuatan masing-masing "telur" mendorong kembali.
"Percobaan
diulang beberapa kali dengan cetakan, kepadatan, dan bentuk telur yang
berbeda untuk mengetahui bagaimana bentuk telur mempengaruhi
kekuatannya," ujar Lazarus.
Sementara itu, tim Vella menggunakan
model komputer untuk membuat telur berbagai bentuk. Mereka menciptakan
sebuah model cangkang telur ideal dan menjalankan simulasi untuk
mengetahui bahan cangkang dan besar tekanan internal.
Lalu,
bagaimana Lazarus dan rekan-rekannya melihat bentuk lonjong telur ayam?
Kendati lonjong sempurna dan tampak mulus, Reis mengatakan, telur ayam
memiliki banyak ketidaksempurnaan kecil di sepanjang permukaan cangkang,
terutama pada sisinya. "Bagian ini rentan retak di titik terlemahnya,"
kata dia.
source : tempo.co
wokokokkok
BalasHapus